Skip to main content

Filosofi Telur Mata Sapi

Ayam yang bertelur, ketika sudah matang digoreng, dibilangnya telur mata sapi. -tnilovers18

Tulisan asli dipublikasikan 15 Agustus 2019 di akun Quora saya yang sudah dihapus.

***

Bila hendak dianggap pahlawan, harus ada yang bertepuk-tangan di pinggir jalan.

Di dunia ini, tidak semua manusia berkeinginan dan memiliki impian menjadi the hero. Ada kok, yang cukup berbahagia dengan memberikan pelayanan, atau membantu orang lain mencapai impiannya. Merasa cukup menjadi "orang-orang yang bertepuk-tangan di pinggir jalan."

Walau analoginya tidak tepat amat, terkadang, orang-orang ini diperlakukan ibarat "telur mata sapi", yang punya telur si ayam, yang terkenal malah si sapi.

Mungkin ada rekan kerja, teman-teman yang rela dicap cerewet, ribet, atau justru pendiam, suram, dan istilah tidak menyenangkan lainnya, tapi sebenarnya dia sedang memberikan kesempatan bagi orang lain untuk terlihat lebih baik.

Atau orang-orang yang bekerja di balik layar? Yang bersusah payah menganalisis ribuan data, melakukan riset dan kajian, namun ketika sebuah rencana sukses, yang diberi selamat adalah pemimpinnya.

Yang bersimbah darah di medan perang adalah para tentara dan warga lokal, namun ketika perang dimenangkan, yang dielu-elukan adalah pimpinan negaranya.

Sudahkah kita menghargai, menghormati, dan memberikan apresiasi bagi orang-orang seperti itu dalam tim kita?

***

Filosofi ini menarik perhatian saya ketika terperangkap doom-scrolling Facebook. Diposting oleh akun tnilovers18, nampaknya filosofi ini dimaksudkan untuk memberi penghormatan terhadap jasa para tentara dan veteran.

Yang menarik, sebuah artikel Kompasiana menyebutkan bahwa ungkapan "Ayam yang bertelur, sapi yang terkenal" ini berasal dari syair Muda Balia, seorang seniman Aceh: 

Manoek yang toeh boh, Leumoe yang cok nan.

Sedikit berbeda dengan makna yang saya tangkap, artikel tersebut berusaha mengkritisi cara bangsa kita menyikapi tokoh sejarah dan kemerdekaan yang pamornya di masyarakat lebih redup padahal sumbangsihnya tak kalah besar, seperti "Guru Bangsa" Tjokroaminoto dan "Bapak Republik" Tan Malaka.

Konseptor dan eksekutor. Arsitek dan kontraktor sipil. Sebuah ide, sebagus apapun, hanya akan tetap abstrak kalau tidak dijalankan, tidak dieksekusi. Demikian sebaliknya, mau melaksanakan apa kalau tidak punya gagasan?

(Give) credit where credit's due.

Comments